'Rifat,
jemput aku jam 9, ya! Ingat, tadi malam kamu sudah berjanji lho!'
Fanni, pagi – pagi
sudah mengagetkanku dengan nada SMS. Janji yang telah aku ikrarkan tadi malam,
akhirnya di tagih olehnya. Sebenarnya aku nggak berniat untuk menemani Fanni
dan teman – temanya berakhir pekan. Tapi karena kasihan, sebab dia, berulang
kali menelpon demi meminta bantuanku, maka aku pun memaksakan niat untuk
menemani mereka!
'Iya,
Iya. Nggak sabaran bangat sih! Pagi – pagi udah bawel aja!'
Setelah mengambil
handuk, aku pun membalas SMS Fanni.
'Eh,
tumben langsung balas. Biasanya harus di MissCall berulang – ulang, baru
ngebalas SMSnya! Hehe…, Sana, buruan mandi, 40 menit lagi lho!'
Bukannya senang karena
aku nggak seperti biasanya, Fanni malah bawel nggak jelas dan langsung
menyuruhku mandi!
'Iya,
Nyonya. Siap, grak!'
Aku mempersingkat
balasan SMS dan langsung menuju kamar mandi. Air yang begitu dingin, memberi
efek kejut yang cukup kuat hingga membuat tubuhku jingkrak – jingkrak tanpa
perintah! Mandi ‘bebek’, mungkin hanya sebuah pepatah bagi yang lain, namun
bagiku nyata dan faktual!
Setelah melalui proses
mandi yang aneh, dan telah mengenakan pakaian yang 'cocok'; aku pun menuju garasi dan langsung
memanaskan mesin mobil. Sambil menunggu panasnya mesin mobil, aku bersantai di
beranda rumah dengan segelas teh hangat dan sepiring pisang goreng. Suasana yang cukup asik, batinku! Jarang
menikmati suasana pagi, membuatku seperti manusia asing yang baru merasakan
suasana pagi planet bumi!
Tepat jam 8.58., aku
sudah berada di depan pagar rumah Fanni, sambil memainkan klakson mobilku.
Fanni, Ririn, Dina, dan entah siapa tiga lelaki itu, aku tak tahu. Nampaknya
mereka sudah berpasang – pasangan. Sialan! Seandainya aku tahu, maka aku tak akan
bersedia menemani Fanni!
“Hi Ganteng. Wah, udah
ganteng berkomitmen pula!”
Aku tak tahu apakah
pujian Fanni jujur, atau pura – pura memuji demi membuatku senang dan nggak
ngambek karena melihat muatannya! Aku membuang senyum tipis kepadanya dan memberi
sinyal untuk segera masuk ke mobil. Dengan senyum aneh, Fanni kemudian
melangkah menuju pintu mobil dan mengambil tempat di samping kiriku. Sementara pasukannya, mereka menempati bagian
belakang. Baru kali ini, aku merasa seperti seorang driver antar kota!
“By The Way, kemana
tujuan kita, Fan?”
Dengan senyum yang
sedikit ‘ku paksakan, aku mulai bertanya tentang peta expedisi mereka! Fanni
terlihat bermain mata dengan seorang lelaki di belakangnya, nampaknya peta
ekspedisi di pegang sang lelaki ganteng tersebut.
“Emmm…, kita langsung
menuju pantai Castella, Rif.”
Setelah menyebutkan
tempat teujuan wisata, Fanni kemudian memperkenalkanku dengan tiga orang lelaki
tersebut. Dari perkenalan singkat itu, aku akhirnya tahu bahwa ketiga lelaki
itu adalah teman kantor Fanni, dua diantaranya sudah berpacaran dengan Ririn
dan Dhini. Sementara lelaki yang tadi bermain mata dengan Fanni, menurutku
adalah calon pacar Fanni yang sedang PDKT dengannya!
Mobil yang aku
kemudikan mulai berjalan pelan. Suasana pagi kota Ternate yang begitu tenang,
membuat hati yang tadinya kesal menjadi ‘sedang’. Suara Fanni mulai terdengar,
menghangatkan suasana ‘ruang’ mobil yang tadinya senyap. Dhini yang duduk
dengan pacarnya di belakang, mulai melemparkan lelucon standar, yang bagiku tidak
lucu, tapi di sambut tawa antusias oleh pacarnya! Suasana cair dalam mobil
membuat para penumpang dan sang driver semakin akrab. Ternyata, pagi memang mampu mencipta nuansa
menyejukkan!
…bersambung ke-chapter | 02
wahhh...kasian banget jd Rifat
ReplyDeleteendingnya, nanti Fanni jadinya ma Rifat kan?
hehehe...nebak.com
Hehehe... Yarp, menyedihkan!
DeleteEndingnya, belum jelas, antara Fanni, Ririn dan Dina. Pengen buat yang agak rumit di temabak. hehehe